Sejarah Islam

Sabtu, 12 Oktober 2013


1.      Masa Khulafaur Rasyidin
Masa Khulafaur Rasyidin merupakan masa sahabat dantermasuk waktu awal berlangsungnya dakwah Islamiyah. Oleh karena itu, ilmu yang berkembang pada saat itu adalah ilmu- ilmu keislaman. Misalnya ilmu fikih, Al-Qur’an, dan hadis. Ilmu- ilmu tersebut diperoleh langsung dari Rasulullah.
Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, para sahabat menyampaikan kembali kepada kaum muslimin yang lain. Sepeninggal Rasulullah, kegiatan ini masih tetap berjalan. Seiring dengan meluasnya daerah kekuasaan Islam, pemeluk agama Islam juga semakin tersebar luas. Kenyataan tersebut menyebabkan para mualaf membutuhkan orang-orang yang dapat menjelaskan ajaran Islam. Oleh karena itu, khalifah pada masa pemerintah Khulafaur Rasyidin mengutus para sahabat untuk berdakwah di wilayah kekuasan Islam yang tersebar luas di berbagai penjuru. Dalam bidang ilmu fikih misalnya, khalifah telah mengutus para fuqaha (sebutan untuk ahli fikih) untuk menjadi mufti. Mufti adalah para cendekiawan dan ahli hukum yang sekaligus ditunjuk sebagai hakim untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi umat Islam. Para mufti mengajar dan mengembangkan ilmu fikih di tengah-tengah masyarakat muslimin di berbagai penjuru wilayah kekuasaan Islam.


Ada yang di Mekah, Madinah, Basrah, Kufah, Syam, Mesir, dan daerah- daerah lain. Untuk ilmu Al-Qur’an, kemajuan yang dicapai sangat mengagumkan. Al-Qur’an yang pada masa Rasulullah belum ter- kumpul dan baru ditulis pada tempat-tempat tertentu seperti di pelepah kurma, tulang unta, dan kulit domba, pada masa sahabat mulai dikumpulkan. Pada masa Abu Bakar, tulisan-tulisan tersebut dikumpulkan menjadi satu. Program ini dilanjutkan pada masa Umar yang kemudian menyalinnya dalam bentuk lembaran-lembaran. Bahkan, pada masa Khalifah Usman naskah Al-Qur’an tersebut dibukukan dan disalin kembali menjadi empat buah. Naskah aslinya disimpan di rumah Khalifah Usman sendiri yang dikenal dengan Mus .h .af ‘Imam. Dalam mengajarkan ilmu Al-Qur’an, para sahabat sangat berhati-hati. Mereka sangat teliti dalam menafsirkan Al-Qur’an agar sesuai yang disampaikan Rasulullah.
Di antara para sahabat yang dikenal memiliki pemahaman baik dalam ilmu ini adalah empat Khulafaur Rasyidin, Zaid bin Sabit, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Mas‘ud, Abdullah bin ‘Abbas, Ubay bin Ka‘ab, serta Abu Musa al-Ansyari. Para ulama inilah yang menjadi konsultan dalam hal penafsiran Al-Qur’an pada masa Khulafaur Rasyidin. Adapun untuk ilmu hadis pada awal perkembangannya, hanya dilakukan melalui hafalan semata. Dikhawatirkan, jika naskah hadis itu ditulis, akan bercampur dengan naskah asli Al-Qur’an. Oleh karena itu, di kalangan para sahabat banyak yang hafal hadis Rasulullah di luar kepala. Ada yang paham makna, bahkan tidak sedikit pula yang hafal lafal hadisnya. Di antara para ahli hadis yang terkenal saat itu adalah Abdullah bin ‘Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr, Abu Hurairah, Abu Said al-Hudri, Aisyah bin Abu Bakar, Abas bin Malik, Jabir bin Abdullah, dan Ibnu Mas‘ud.

2. Masa Daulah Umayyah

Kebijakan perluasan wilayah menjadi corak pembangunan politik pemerintah Umayyah. Secara tidak langsung hal ini me- nambah jumlah penganut agama Islam. Sekalipun dalam perluasan wilayah tidak ada pemaksaan agar menganut agama Islam, tetapi penduduk secara sukarela menerima dan memeluk agama ini. Umat Islam saat itu juga berkembang pesat seluas daerahkekuasaannya yang membentang luas mulai dari Afganistan  hingga Andalusia.Banyaknya penduduk yang memutuskan memeluk Islamsekaligus memotivasi mereka untuk mendalami lebih jauh tentang ajaran Islam. Dengan demikian, pembangunan ilmupengetahuan pada masa Umayyah pun terus berjalan, meskipun masih sebatas pada ilmu-ilmu keislaman.
Penduduk banyak yang mempelari ilmu Al-Qur’an, hadis, fikih, sejarah Rasulullah, serta filsafat. Kaum muslimin pun tetap menjadikan masjid sebagai tempat belajar, selain sebagai tempat ibadah. Ada juga yang lebih memilih belajar di tempat tinggal para ulama. Penduduk pada saat itu lebih tertarik mempelajari ilmu Al-Qur’an, hadis, fikih, sejarah, dan filsafat karena dianggap sangat penting bagi pembinaan akidah, syariah, dan akhlak umat.
Bahkan, jika pada masa sebelumnya, sejarah Nabi Muhammad belum banyak dikaji, pada masa ini masyarakat sudah tertarik untuk mempelajarinya. Demikian juga dengan ilmu filsafat, diminati masyarakat muslim yang salah satunya berfungsi sebagai sebagai alat berdebat dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Ilmu umum seperti ilmu hitung, ilmu alam, dan ilmu sosial belumlah berkembang.

3. Masa Daulah Abbasiyah

Pada masa Daulah Abbasiyah (132 H-656 H/750-1256 H) kemajuan di bidang pendidikan sangat mengagumkan. Kemajuan ini tidak lepas dari kondisi saat itu di mana kehidupan ekonomi dan stabilitas politik telah terbangun. Hal ini terjadi setelah
Khalifah Abu Abbas as-Saffah dan Khalifah Abu Ja’far berhasil Pada pemerintahan Harun ar-Rasyid dan putra- nya, al-Ma‘mun, merupakan masa keemasan Daulah Abbasiyah. Pada saat itu didirikan Baitul Hikmah yang digunakan sebagai pusat kebudayaan dan laboratorium ilmu pengetahuan.
Saat itu kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kesusastraan mengalami masa keemasan. Muncullah Daulah yang beribu kota di Bagdad ini menjadi negara yang terkuat dan tidak tertandingi peradabannya saat itu.
Baitul Hikmah mempertahankan dan menumpas musuh-musuhnya. Dengan demikian, muncullah di zaman ini para tokoh mulai dari penyair, filosof, sejarawan, hingga agamawan. Masa Khalifah Abbasiyah dianggap sebagai puncak ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Kesuksesan dinasti ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang mempersilakan anggota pemerintahan dan ahli ilmu pengetahuan agar mengembangkan pengetahuan mereka sesuai dengan keahlian masing-masing.
Pada masa Abbasiyah ini kaum muslimin begitu bersemangat untuk belajar ilmu. Tidak sedikit di antara mereka yang melaku- kan pengembaraan ke luar negeri untuk menuntut ilmu. Sepulang dari menuntut ilmu, mereka menyusun hasil pengkajiannya dalam bentuk buku. Buku inilah yang akhirnya menjadi rujukan para sarjana dan peneliti. Dari pengetahuan tersebut, mereka dapat mengembangkan kebudayaan yang tengah dibangun. Beberapa kebijakan penting Daulah Abbasiyah dalam
pengembangan ilmu pengetahuan sebagai berikut.                                                                      
a. Menggalang penyusunan buku-buku.
b. Menggalang penerjemahan karya asing.
c. Menghidupkan kegiatan ilmiah.
d. Membangun lembaga pendidikan dan penelitian.
Dari usaha-usaha yang dilakukan di atas, berkembanglah beberapa disiplin ilmu pengetahuan baik ilmu agama maupun umum. Di antara ilmu agama yang berkembang adalah ilmu tafsir, hadis, fikih, tasawuf, dan bahasa. Sementara ilmu umum yang berkembang saat itu adalah kedokteran, sejarah, geografi, geometri, dan kesenian.

4. Masa Daulah Umayyah Andalusia

Seiring dengan runtuhnya Daulah Umayyah dan digantikan Daulah Abbasiyah, di Andalusia berdiri Daulah Umayyah. Tepatnya lima tahun setelah runtuhnya Daulah Umayyah Damaskus, berdirilah Daulah Umayyah Andalusia. Daulah Umayyah Andalusia
didirikan oleh Abdurrahman ad-Dakhil yang berhasil melarikan diri dari Damaskus. Masa pemerintahan Daulah Umayyah Andalusia adalah sezaman dengan Daulah Abbasiyah. Jika di Bagdad berdiri Daulah Abbasiyah, di Andalusia berdiri Daulah Umayyah Andalusia (Spanyol). Pada masa pemerintahan Daulah Umayyah Andalusia ilmu pengetahuan berkembang cukup pesat.
Para Khalifah Daulah Umayyah Andalusia memiliki perhatian yang cukup besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Umayyah Andalusia dimulai ketika Khalifah Abdurrahman al-Ausat memerintah. Ia dikenal sebagai khalifah yang cinta dan memiliki perhatian terhadap ilmu pengetahuan. Ia memiliki kebiasaan mengundang para ilmuwan dan peneliti untuk berkunjung ke negeri yang dipimpinnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Umayyah Andalusia mencapai puncaknya ketika Abdurrahman III memegang kepemimpinan. Menandai berkembangnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Umayyah Andalusia dibangunlah Universitas Cordoba. Mereka yang belajar di universitas ini tidak hanya umat Islam, tetapi orang-orang Eropa turut menimba ilmu di Universitas Cordoba. Ketika Daulah Umayyah memerintah, Andalusia  menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa.


1.      Filsafat Islam
Filsafat Islam pertama kali muncul pada masa Daulah Umayyah dan telah mengalami perkembangan pesat pada masa Daulah Abbasiyah. Munculnya filsafat Islam dimulai dari penerjemahan filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan secara besar-besaran dilakukan pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid sekaligus mengadakan penyesuaian dengan ajaran Islam Di antara para filsuf yang terkenal sebagai berikut.
a.       Ibnu Rusyd, di barat ia dikenal dengan nama Averos. Di antara karya yang dihasilkannya yaitu Maba - di’ al-Falsafah (Pengantar Ilmu Filsafat),  Tafsir Urjuza, Taslul, Taha – fut at-Taha - fut, Kasyful Adillah, dan Muwa -faqatil Hikmah wal Syari’a. Selain itu, Ibnu Rusyd juga memiliki karya di bidang kedokteran yang berjudul Kulliyah fit .-T .ibb.
b.       Al-Farabi, pemikirannya yang terkenal adalah tentang filsafat emanasi ketuhanan. Selain itu, ia juga mengemukakan pendapat tentang filsafat kenabian. Menurutnya kenabian adalah sesuatu yang diperoleh oleh para nabi dan rasul tanpa melalui upaya diri mereka.
c.        Ibnu Miskawaih, dengan pemikirannya tentang pembahasan filsafat moral yang bersumber pada psikologi. Menurutnya, kondisi psikologi seseorang menimbulkan persoalan etika.
Tokoh-tokoh lain yang terkenal dalam bidang filsafat sebagai berikut.
a.       Ibnu Sina.
b.      Ibnu Masarrah.
c.       Ibnu Tufail.
d.      Al-Kindi.

2.      Fikih
Ilmu Fikih juga mendapat perhatian serius di kalangan para ahli. Ilmu ini membahas tentang masalah hukum, cara melakukan ibadah, serta muamalah dalam Islam. Fikih Islam mulai berkembang pada masa keemasan Daulah Abbasiyah. Pada saat itu lahir ahli-ahli hukum Islam (fukaha) dengan kitab fikih karya mereka yang terkenal hingga saat ini. Mereka dikenal sebagai Imam yang empat (al-Imam al-Arba‘ah) yang terdiri atas:
a. Imam Malik,
b. Imam Hanafi,
c. Imam Syafi’i, dan
d. Imam Hambali.
Dalam perkembangannya, pendapat dan pemikiran keempat imam tersebut mempunyai ulama-ulama pendukung yang terkenal. Kelompok mazhab tersebut memiliki penganut yang tersebar di berbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia.

3.      Tasawuf
Tasawuf merupakan ilmu yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri secara benar kepada Allah. Pemahaman kaum muslimin tentang sufi saat itu tidak lagi bertujuan meninggalkan kehidupan dunia, tetapi lebih mengacu pada usaha menghindarkan diri dari keterikatan yang berlebihan pada dunia. Pada saat itu, seorang sufi harus tetap dapat menguasai dunia, sambil menjaga diri agar mereka tidak dikuasai oleh dunia. Dalam ilmu tasawuf, terlahir banyak tokoh. Di antara tokoh-tokoh dalam bidang filsafat sebagai berikut.
a.    Al-Gazali, dengan karyanya Maqasid al-Falasifah  (Maksud Para Filsuf) dan Tahafut al-Falasifah (Kerancuan para Filsuf). Imam al-Gazali mendapat julukan ”Hujatul Islam (pembela Islam)”. Al-Gazali berjasa dalam hal mendamaikan antara ajaran
tasawuf dengan syariat Islam sehingga dapat diterima oleh umat Islam.
b.    Rabiah al-Adawiyah, seorang wanita yang sangat mencintai Tuhannya. Ia menghabiskan hidupnya untuk berzikir dan beribadah kepada Allah swt. Ia terkenal dengan pengalaman spiritualnya, yaitu mahabah atau penyerahan diri secara total kepada Allah swt.
c.    Al-Hallaj, mendapat julukan ”sang perantara”. Ia menulis karya yang berjudul Kitab at-Tawasin.
d.   Ibnul ‘Arabi, dengan ajaran wahdatul wujud. Wahdatul wujud yaitu paham bahwa tidak ada sesuatu pun dalam wujud kecuali Tuhan. Di antara karyanya yang terkenal, yaitu Futuhat al-Makkiyyah dan Risalah al-Anwar.

4.      Kedokteran
Ilmu kedokteran/ketabiban dalam Islam dikenal dengan nama at -Tib. Oleh karena itu, seorang dokter atau ahli pengobatan dikenal dengan sebutan t .abib (tabib). Pada masa Daulah Abbasiyah, kedokteran Islam mencapai puncaknya. Pada masa ini banyak terlahir dokter kenamaan. Rumah sakit besar dan sekolah tinggi kedokteran juga banyak didirikan. Pada saat itu berdiri juga beberapa perguruan tinggi ke dokteran di Kota Bagdad, Damaskus, dan Cordoba dengan mahasiswa yang tidak hanya dari dunia Islam, tetapi dari bangsa Barat. Di antara ilmuwan muslim yang terkenal dalam bidang kedokteran sebagai berikut.
a.    Ibnu Sina, mendapat julukan ”Bapak Kedokteran Dunia”. Karyanya yang sangat terkenal yaitu al-Qanun fi at-Tib atau The Canon of Medicine. Ibnu Sina merupakan orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa memiliki keterkaitan dan saling mendukung. Ibnu Sina juga mengenalkan ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farmasi kepada dunia kedokteran. Karya lain dalam bidang kedokteran adalah asy-Syifa.
b.     Ar-Razi, di Barat ia dikenal dengan nama Rhazes. Karyanya dalam bidang ilmu kedokteran berjudul al-Hawi yang di dalamnya membahas tentang campak dan cacar. Al-Hawi diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Continens (1279).
c.    Abu al-Qasim az-Zahrawi, mendapat julukan ”Bapak Bedah Modern” dengan karyanya kitab al-Tasrif.
d.   Ibnu Rusyd, dengan karyanya Kulliyat fit . T .ibb (Aturan Umu Kedokteran). (Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 3. 2001: halaman 10)

5.      Sejarah
Sejarah dalam keilmuan Islam dikenal dengan istilah tarikh. Tarikh adalah ilmu yang mempelajari keadaan serta peristiwa yang terjadi pada suatu tempat dan waktu. Pada masa itu lahir para sejarawan ternama dengan beberapa kitab  sejarah karyanya. Tokoh-tokoh yang terkenal, antara lain sebagai berikut.
a.    Abu Ismail al-Ajdy, kitab karangannya Futuhusy Syam.
b.     Al-Waqidy, kitab karangannya Fath .ul ‘Ajam.
c.    Ibnu Jarir at-Tabary, beliau terkenal sebagai ahli tafsir dan sejarah. Salah satu karyanya al-Akhbarur Rusul wal Muluk.
d.   Khatib Bagdadi, kitab karangannya lebih dari 55 judul buku tentang sejarah, hadis, adab, dan bahasa. Salah satu karangannya berjudul Tarikh Bagdad.
e.     Ibnu . Hayyan, seorang penulis sejarah Andalusia. Beberapa karangannya, antara lain:  Kitabun Natih fi Tarikhil Asbaniyyah, Al-Muntaqab fiTarikhil Andalus, dan Ma‘rifa tus Sah abah.

6.      Geometri
Geometri merupakan cabang matematika. Dalam keilmuan Islam, ilmu ini dikenal dengan nama Ilmu Riyadiyah. Kaum muslimin mempunyai andil besar dalam mengembangkan ilmu ini. Terbukti dengan ditemukannya angka nol oleh ilmuwan muslim. Para sarjana Ilmu Pasti dari kalangan kaum muslimin yang terkenal antara lain sebagai berikut.
a.    Al-Khawarizmi, beliau inilah penemu angka nol dan dikenal sebagai Bapak Aljabar. Hasil karyanya berjudul  Al-Jabrwal-Muqabalah. Dalam kitab tersebut al-Khawarizmi menjelaskan tentang tabel trigeonometri sehingga kita dapat mengenal teori kalkulus.
b.    Sabit bin Qurrah al-Hirany, kitab karangannya antara lain Hisabul Ahillah dan Kitabul ‘Adad.
c.    Sinan Ali Muhammad bin Hasan, beliau seorang sarjana dan tokoh ilmu arsitektur pada zamannya.

7.      Geografi
Dalam Islam, geografi atau Ilmu Bumi dikenal dengan nama Jugrafiyya. Ilmu ini muncul bersamaan dengan meluasnya daerah kekuasaan Islam serta perdagangan. Pada saat itu terjadilah Rihlah Ilmiah (perjalanan ilmiah) dan Rih .lah Rah .iyah (perjalanan untuk pesiar). Mereka yang melakukan perjalanan itu melukiskan pengetahuan perjalanannya dalam kitab-kitab tulisannya. Tulisan mereka itu umumnya berkaitan dengan geografi atau Ilmu Bumi. Dari kalangan muslimin terkenal yang telah banyak menyusun buku, antara lain:
a.    Ibnu Khardazabah, dengan kitabnya yang terkenal Kitabul Masalik wal Mamalik.
b.    Al-Muqaddasy, dengan kitabnya yang terkenal  Ahsanut Taqa - sim fi  Ma‘rifatil ‘Aqa -lim. Beliau telah melengkapi buku geografinya itu dengan peta berwarna.
c.    Yaqut al-Hamawy, dengan kitab karangannya Mu‘jamul Buldan dan Mu‘jamul Udabi.

8.      Kesenian
Kesenian Islam harus bersumber pada Al-Qur’an dan as-Sunah. Karena itu, seni tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam. Hasil kesenian Islam beragam, baik seni berbentuk arsitektur bangunan, sastra, seni suara, dan seni tari. Kesenian Islam itu telah banyak dinikmati oleh masyarakat di penjuru dunia, baik di negeri barat maupun timur. Hasil karya seni Islam yang sangat mengagumkan antara lain Istana al-Hambra di Spanyol.

Berbagai instrumen musik, seperti misbar (kecapi klasik), sahrud (kecapi lengkung), murabba (semacam gitar), dan qitara (gitar). Alat-alat musik itu banyak diambil alih oleh orang-orang Barat dengan nama gitar, rebab, dan sebagainya.  Tokoh seni sastra terkenal yang karyanya masih dapat kita nikmati sekarang antara lain cerita Alf Lailah wa Lailah (cerita Seribu Satu Malam) karya Abu Nawas.

Pages