1.
Masa Khulafaur
Rasyidin
Masa Khulafaur
Rasyidin merupakan masa sahabat dantermasuk waktu awal berlangsungnya dakwah
Islamiyah. Oleh karena itu, ilmu yang berkembang pada saat itu adalah ilmu- ilmu
keislaman. Misalnya ilmu fikih, Al-Qur’an, dan hadis. Ilmu- ilmu tersebut
diperoleh langsung dari Rasulullah.
Berbekal pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki, para sahabat menyampaikan kembali kepada kaum
muslimin yang lain. Sepeninggal Rasulullah, kegiatan ini masih tetap berjalan. Seiring
dengan meluasnya daerah kekuasaan Islam, pemeluk agama Islam juga semakin
tersebar luas. Kenyataan tersebut menyebabkan para mualaf membutuhkan
orang-orang yang dapat menjelaskan ajaran Islam. Oleh karena itu, khalifah pada
masa pemerintah Khulafaur Rasyidin mengutus para sahabat untuk berdakwah di
wilayah kekuasan Islam yang tersebar luas di berbagai penjuru. Dalam bidang
ilmu fikih misalnya, khalifah telah mengutus para fuqaha (sebutan untuk ahli
fikih) untuk menjadi mufti. Mufti adalah para cendekiawan dan ahli hukum yang
sekaligus ditunjuk sebagai hakim untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
dihadapi umat Islam. Para mufti mengajar dan mengembangkan ilmu fikih di
tengah-tengah masyarakat muslimin di berbagai penjuru wilayah kekuasaan Islam.
Ada yang di
Mekah, Madinah, Basrah, Kufah, Syam, Mesir, dan daerah- daerah lain. Untuk ilmu
Al-Qur’an, kemajuan yang dicapai sangat mengagumkan. Al-Qur’an yang pada masa
Rasulullah belum ter- kumpul dan baru ditulis pada tempat-tempat tertentu
seperti di pelepah kurma, tulang unta, dan kulit domba, pada masa sahabat mulai
dikumpulkan. Pada masa Abu Bakar, tulisan-tulisan tersebut dikumpulkan menjadi
satu. Program ini dilanjutkan pada masa Umar yang kemudian menyalinnya dalam
bentuk lembaran-lembaran. Bahkan, pada masa Khalifah Usman naskah Al-Qur’an
tersebut dibukukan dan disalin kembali menjadi empat buah. Naskah aslinya
disimpan di rumah Khalifah Usman sendiri yang dikenal dengan Mus .h .af ‘Imam. Dalam
mengajarkan ilmu Al-Qur’an, para sahabat sangat berhati-hati. Mereka sangat teliti
dalam menafsirkan Al-Qur’an agar sesuai yang disampaikan Rasulullah.
Di antara para
sahabat yang dikenal memiliki pemahaman baik dalam ilmu ini adalah empat
Khulafaur Rasyidin, Zaid bin Sabit, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Mas‘ud,
Abdullah bin ‘Abbas, Ubay bin Ka‘ab, serta Abu Musa al-Ansyari. Para ulama
inilah yang menjadi konsultan dalam hal penafsiran Al-Qur’an pada masa
Khulafaur Rasyidin. Adapun untuk ilmu hadis pada awal perkembangannya, hanya
dilakukan melalui hafalan semata. Dikhawatirkan, jika naskah hadis itu ditulis,
akan bercampur dengan naskah asli Al-Qur’an. Oleh karena itu, di kalangan para
sahabat banyak yang hafal hadis Rasulullah di luar kepala. Ada yang paham
makna, bahkan tidak sedikit pula yang hafal lafal hadisnya. Di antara para ahli
hadis yang terkenal saat itu adalah Abdullah bin ‘Abbas, Abdullah bin Umar,
Abdullah bin Amr, Abu Hurairah, Abu Said al-Hudri, Aisyah bin Abu Bakar, Abas bin
Malik, Jabir bin Abdullah, dan Ibnu Mas‘ud.
2. Masa Daulah Umayyah
Kebijakan
perluasan wilayah menjadi corak pembangunan politik pemerintah Umayyah. Secara
tidak langsung hal ini me- nambah jumlah penganut agama Islam. Sekalipun dalam
perluasan wilayah tidak ada pemaksaan agar menganut agama Islam, tetapi
penduduk secara sukarela menerima dan memeluk agama ini. Umat Islam saat itu
juga berkembang pesat seluas daerahkekuasaannya yang membentang luas mulai dari
Afganistan hingga Andalusia.Banyaknya
penduduk yang memutuskan memeluk Islamsekaligus memotivasi mereka untuk
mendalami lebih jauh tentang ajaran Islam. Dengan demikian, pembangunan
ilmupengetahuan pada masa Umayyah pun terus berjalan, meskipun masih sebatas
pada ilmu-ilmu keislaman.
Penduduk banyak
yang mempelari ilmu Al-Qur’an, hadis, fikih, sejarah Rasulullah, serta filsafat.
Kaum muslimin pun tetap menjadikan masjid sebagai tempat belajar, selain
sebagai tempat ibadah. Ada juga yang lebih memilih belajar di tempat tinggal
para ulama. Penduduk pada saat itu lebih tertarik mempelajari ilmu Al-Qur’an,
hadis, fikih, sejarah, dan filsafat karena dianggap sangat penting bagi
pembinaan akidah, syariah, dan akhlak umat.
Bahkan, jika
pada masa sebelumnya, sejarah Nabi Muhammad belum banyak dikaji, pada masa ini
masyarakat sudah tertarik untuk mempelajarinya. Demikian juga dengan ilmu filsafat,
diminati masyarakat muslim yang salah satunya berfungsi sebagai sebagai alat
berdebat dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Ilmu umum seperti ilmu hitung,
ilmu alam, dan ilmu sosial belumlah berkembang.
3. Masa Daulah Abbasiyah
Pada
masa Daulah Abbasiyah (132 H-656 H/750-1256 H) kemajuan di bidang pendidikan
sangat mengagumkan. Kemajuan ini tidak lepas dari kondisi saat itu di mana
kehidupan ekonomi dan stabilitas politik telah terbangun. Hal ini terjadi
setelah
Khalifah Abu Abbas as-Saffah dan
Khalifah Abu Ja’far berhasil Pada pemerintahan Harun ar-Rasyid dan putra- nya,
al-Ma‘mun, merupakan masa keemasan Daulah Abbasiyah. Pada saat itu didirikan
Baitul Hikmah yang digunakan sebagai pusat kebudayaan dan laboratorium ilmu
pengetahuan.
Saat itu
kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan
kesusastraan mengalami masa keemasan. Muncullah Daulah yang beribu kota di
Bagdad ini menjadi negara yang terkuat dan tidak tertandingi peradabannya saat
itu.
Baitul Hikmah mempertahankan dan
menumpas musuh-musuhnya. Dengan demikian, muncullah di zaman ini para tokoh
mulai dari penyair, filosof, sejarawan, hingga agamawan. Masa Khalifah
Abbasiyah dianggap sebagai puncak ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
Kesuksesan dinasti ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang mempersilakan
anggota pemerintahan dan ahli ilmu pengetahuan agar mengembangkan pengetahuan
mereka sesuai dengan keahlian masing-masing.
Pada masa
Abbasiyah ini kaum muslimin begitu bersemangat untuk belajar ilmu. Tidak
sedikit di antara mereka yang melaku- kan pengembaraan ke luar negeri untuk
menuntut ilmu. Sepulang dari menuntut ilmu, mereka menyusun hasil pengkajiannya
dalam bentuk buku. Buku inilah yang akhirnya menjadi rujukan para sarjana dan
peneliti. Dari pengetahuan tersebut, mereka dapat mengembangkan kebudayaan yang
tengah dibangun. Beberapa kebijakan penting Daulah Abbasiyah dalam
pengembangan
ilmu pengetahuan sebagai berikut.
a. Menggalang penyusunan buku-buku.
b. Menggalang penerjemahan karya asing.
c. Menghidupkan kegiatan ilmiah.
d. Membangun lembaga pendidikan dan penelitian.
Dari usaha-usaha
yang dilakukan di atas, berkembanglah beberapa disiplin ilmu pengetahuan baik
ilmu agama maupun umum. Di antara ilmu agama yang berkembang adalah ilmu
tafsir, hadis, fikih, tasawuf, dan bahasa. Sementara ilmu umum yang berkembang
saat itu adalah kedokteran, sejarah, geografi, geometri, dan kesenian.
4. Masa Daulah Umayyah Andalusia
Seiring dengan
runtuhnya Daulah Umayyah dan digantikan Daulah Abbasiyah, di Andalusia berdiri
Daulah Umayyah. Tepatnya lima tahun setelah runtuhnya Daulah Umayyah Damaskus,
berdirilah Daulah Umayyah Andalusia. Daulah Umayyah Andalusia
didirikan oleh
Abdurrahman ad-Dakhil yang berhasil melarikan diri dari Damaskus. Masa
pemerintahan Daulah Umayyah Andalusia adalah sezaman dengan Daulah Abbasiyah.
Jika di Bagdad berdiri Daulah Abbasiyah, di Andalusia berdiri Daulah Umayyah Andalusia
(Spanyol). Pada masa pemerintahan Daulah Umayyah Andalusia ilmu pengetahuan
berkembang cukup pesat.
Para Khalifah
Daulah Umayyah Andalusia memiliki perhatian yang cukup besar terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Umayyah Andalusia dimulai ketika Khalifah Abdurrahman al-Ausat memerintah. Ia
dikenal sebagai khalifah yang cinta dan memiliki perhatian terhadap ilmu
pengetahuan. Ia memiliki kebiasaan mengundang para ilmuwan dan peneliti untuk
berkunjung ke negeri yang dipimpinnya.
Perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa Daulah Umayyah Andalusia mencapai puncaknya ketika Abdurrahman
III memegang kepemimpinan. Menandai berkembangnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Umayyah Andalusia dibangunlah Universitas Cordoba. Mereka yang belajar di
universitas ini tidak hanya umat Islam, tetapi orang-orang Eropa turut menimba
ilmu di Universitas Cordoba. Ketika Daulah Umayyah memerintah, Andalusia menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan
di Eropa.
1. Filsafat Islam
Filsafat Islam
pertama kali muncul pada masa Daulah Umayyah dan telah mengalami perkembangan
pesat pada masa Daulah Abbasiyah. Munculnya filsafat Islam dimulai dari penerjemahan
filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan secara besar-besaran
dilakukan pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid sekaligus mengadakan penyesuaian
dengan ajaran Islam Di antara para filsuf yang terkenal sebagai berikut.
a.
Ibnu Rusyd, di
barat ia dikenal dengan nama Averos. Di antara karya yang dihasilkannya yaitu
Maba - di’ al-Falsafah (Pengantar Ilmu Filsafat), Tafsir Urjuza, Taslul, Taha – fut at-Taha - fut,
Kasyful Adillah, dan Muwa -faqatil Hikmah wal Syari’a. Selain itu, Ibnu Rusyd
juga memiliki karya di bidang kedokteran yang berjudul Kulliyah fit .-T .ibb.
b.
Al-Farabi, pemikirannya yang terkenal adalah
tentang filsafat emanasi ketuhanan. Selain itu, ia juga mengemukakan pendapat tentang
filsafat kenabian. Menurutnya kenabian adalah sesuatu yang diperoleh oleh para
nabi dan rasul tanpa melalui upaya diri mereka.
c.
Ibnu Miskawaih, dengan pemikirannya tentang
pembahasan filsafat moral yang bersumber pada psikologi. Menurutnya, kondisi psikologi
seseorang menimbulkan persoalan etika.
Tokoh-tokoh lain
yang terkenal dalam bidang filsafat sebagai berikut.
a.
Ibnu Sina.
b.
Ibnu Masarrah.
c.
Ibnu Tufail.
d.
Al-Kindi.
2.
Fikih
Ilmu Fikih juga
mendapat perhatian serius di kalangan para ahli. Ilmu ini membahas tentang
masalah hukum, cara melakukan ibadah, serta muamalah dalam Islam. Fikih Islam
mulai berkembang pada masa keemasan Daulah Abbasiyah. Pada saat itu lahir
ahli-ahli hukum Islam (fukaha) dengan kitab fikih karya mereka yang terkenal
hingga saat ini. Mereka dikenal sebagai Imam yang empat (al-Imam al-Arba‘ah) yang
terdiri atas:
a. Imam Malik,
b. Imam Hanafi,
c. Imam Syafi’i, dan
d. Imam Hambali.
Dalam
perkembangannya, pendapat dan pemikiran keempat imam tersebut mempunyai
ulama-ulama pendukung yang terkenal. Kelompok mazhab tersebut memiliki penganut
yang tersebar di berbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia.
3. Tasawuf
Tasawuf
merupakan ilmu yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri secara
benar kepada Allah. Pemahaman kaum muslimin tentang sufi saat itu tidak lagi
bertujuan meninggalkan kehidupan dunia, tetapi lebih mengacu pada usaha menghindarkan
diri dari keterikatan yang berlebihan pada dunia. Pada saat itu, seorang sufi
harus tetap dapat menguasai dunia, sambil menjaga diri agar mereka tidak
dikuasai oleh dunia. Dalam ilmu tasawuf, terlahir banyak tokoh. Di antara
tokoh-tokoh dalam bidang filsafat sebagai berikut.
a.
Al-Gazali,
dengan karyanya Maqasid al-Falasifah
(Maksud Para Filsuf) dan Tahafut al-Falasifah (Kerancuan para Filsuf).
Imam al-Gazali mendapat julukan ”Hujatul Islam (pembela Islam)”. Al-Gazali
berjasa dalam hal mendamaikan antara ajaran
tasawuf dengan syariat
Islam sehingga dapat diterima oleh umat Islam.
b.
Rabiah
al-Adawiyah, seorang wanita yang sangat mencintai Tuhannya. Ia menghabiskan
hidupnya untuk berzikir dan beribadah kepada Allah swt. Ia terkenal dengan
pengalaman spiritualnya, yaitu mahabah atau penyerahan diri secara total kepada
Allah swt.
c.
Al-Hallaj,
mendapat julukan ”sang perantara”. Ia menulis karya yang berjudul Kitab
at-Tawasin.
d.
Ibnul ‘Arabi,
dengan ajaran wahdatul wujud. Wahdatul wujud yaitu paham bahwa tidak ada
sesuatu pun dalam wujud kecuali Tuhan. Di antara karyanya yang terkenal, yaitu
Futuhat al-Makkiyyah dan Risalah al-Anwar.
4.
Kedokteran
Ilmu kedokteran/ketabiban dalam Islam dikenal dengan
nama at -Tib. Oleh karena itu, seorang dokter atau ahli pengobatan dikenal
dengan sebutan t .abib (tabib). Pada masa Daulah Abbasiyah, kedokteran Islam
mencapai puncaknya. Pada masa ini banyak terlahir dokter kenamaan. Rumah sakit
besar dan sekolah tinggi kedokteran juga banyak didirikan. Pada saat itu
berdiri juga beberapa perguruan tinggi ke dokteran di Kota Bagdad, Damaskus,
dan Cordoba dengan mahasiswa yang tidak hanya dari dunia Islam, tetapi dari
bangsa Barat. Di antara ilmuwan muslim yang terkenal dalam bidang kedokteran
sebagai berikut.
a.
Ibnu Sina,
mendapat julukan ”Bapak Kedokteran Dunia”. Karyanya yang sangat terkenal yaitu
al-Qanun fi at-Tib atau The Canon of Medicine. Ibnu Sina merupakan orang yang pertama
kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa memiliki keterkaitan
dan saling mendukung. Ibnu Sina juga mengenalkan ilmu yang sekarang diberi nama
pathology dan farmasi kepada dunia kedokteran. Karya lain dalam bidang
kedokteran adalah asy-Syifa.
b.
Ar-Razi, di Barat ia dikenal dengan nama
Rhazes. Karyanya dalam bidang ilmu kedokteran berjudul al-Hawi yang di dalamnya
membahas tentang campak dan cacar. Al-Hawi diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
menjadi Continens (1279).
c.
Abu al-Qasim
az-Zahrawi, mendapat julukan ”Bapak Bedah Modern” dengan karyanya kitab
al-Tasrif.
d.
Ibnu Rusyd,
dengan karyanya Kulliyat fit . T .ibb (Aturan Umu Kedokteran). (Ensiklopedi
Islam untuk Pelajar 3. 2001: halaman 10)
5.
Sejarah
Sejarah dalam keilmuan Islam dikenal dengan istilah
tarikh. Tarikh adalah ilmu yang mempelajari keadaan serta peristiwa yang
terjadi pada suatu tempat dan waktu. Pada masa itu lahir para sejarawan ternama
dengan beberapa kitab sejarah karyanya.
Tokoh-tokoh yang terkenal, antara lain sebagai berikut.
a.
Abu Ismail
al-Ajdy, kitab karangannya Futuhusy Syam.
b.
Al-Waqidy, kitab karangannya Fath .ul ‘Ajam.
c.
Ibnu Jarir at-Tabary,
beliau terkenal sebagai ahli tafsir dan sejarah. Salah satu karyanya
al-Akhbarur Rusul wal Muluk.
d.
Khatib Bagdadi,
kitab karangannya lebih dari 55 judul buku tentang sejarah, hadis, adab, dan
bahasa. Salah satu karangannya berjudul Tarikh Bagdad.
e.
Ibnu . Hayyan, seorang penulis sejarah
Andalusia. Beberapa karangannya, antara lain:
Kitabun Natih fi Tarikhil Asbaniyyah, Al-Muntaqab fiTarikhil Andalus,
dan Ma‘rifa tus Sah abah.
6. Geometri
Geometri
merupakan cabang matematika. Dalam keilmuan Islam, ilmu ini dikenal dengan nama
Ilmu Riyadiyah. Kaum muslimin mempunyai andil besar dalam mengembangkan ilmu ini.
Terbukti dengan ditemukannya angka nol oleh ilmuwan muslim. Para sarjana Ilmu
Pasti dari kalangan kaum muslimin yang terkenal antara lain sebagai berikut.
a.
Al-Khawarizmi,
beliau inilah penemu angka nol dan dikenal sebagai Bapak Aljabar. Hasil
karyanya berjudul Al-Jabrwal-Muqabalah. Dalam
kitab tersebut al-Khawarizmi menjelaskan tentang tabel trigeonometri sehingga
kita dapat mengenal teori kalkulus.
b.
Sabit bin Qurrah
al-Hirany, kitab karangannya antara lain Hisabul Ahillah dan Kitabul ‘Adad.
c.
Sinan Ali
Muhammad bin Hasan, beliau seorang sarjana dan tokoh ilmu arsitektur pada
zamannya.
7.
Geografi
Dalam Islam, geografi atau Ilmu Bumi dikenal dengan
nama Jugrafiyya. Ilmu ini muncul bersamaan dengan meluasnya daerah kekuasaan
Islam serta perdagangan. Pada saat itu terjadilah Rihlah Ilmiah (perjalanan
ilmiah) dan Rih .lah Rah .iyah (perjalanan untuk pesiar). Mereka yang melakukan
perjalanan itu melukiskan pengetahuan perjalanannya dalam kitab-kitab
tulisannya. Tulisan mereka itu umumnya berkaitan dengan geografi atau Ilmu
Bumi. Dari kalangan muslimin terkenal yang telah banyak menyusun buku, antara
lain:
a.
Ibnu
Khardazabah, dengan kitabnya yang terkenal Kitabul Masalik wal Mamalik.
b.
Al-Muqaddasy,
dengan kitabnya yang terkenal Ahsanut Taqa
- sim fi Ma‘rifatil ‘Aqa -lim. Beliau
telah melengkapi buku geografinya itu dengan peta berwarna.
c.
Yaqut al-Hamawy,
dengan kitab karangannya Mu‘jamul Buldan dan Mu‘jamul Udabi.
8.
Kesenian
Kesenian Islam harus bersumber pada Al-Qur’an dan as-Sunah.
Karena itu, seni tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam. Hasil kesenian
Islam beragam, baik seni berbentuk arsitektur bangunan, sastra, seni suara, dan
seni tari. Kesenian Islam itu telah banyak dinikmati oleh masyarakat di penjuru
dunia, baik di negeri barat maupun timur. Hasil karya seni Islam yang sangat
mengagumkan antara lain Istana al-Hambra di Spanyol.
Berbagai instrumen musik, seperti misbar (kecapi
klasik), sahrud (kecapi lengkung), murabba (semacam gitar), dan qitara (gitar).
Alat-alat musik itu banyak diambil alih oleh orang-orang Barat dengan nama gitar,
rebab, dan sebagainya. Tokoh seni sastra
terkenal yang karyanya masih dapat kita nikmati sekarang antara lain cerita Alf
Lailah wa Lailah (cerita Seribu Satu Malam) karya Abu Nawas.